Situasi Ekonomi Pasca Bom : Logika Larangan Hashtag #PrayForIndonesia

Oleh : I.B. Nym. Dedy Andiwinata*

Pasca “konser” Bom yang diduga dilakukan oleh jaringan Islamic State (IS) di 6 titik di Jakarta, beredar himbauan untuk tidak membuat  hashtag #PrayForJakarta atau #PrayForIndonesia, bla..bla..bla... di media sosial. Ada penjelasan yang diuraikan dalam himbauan itu, yaitu terkait sentiment negatif pasar. Kita tidak tahu bagaimana cara pikir “relawan” penyebar himbauan ini bekerja. Apakah tujuannya cuma untuk menunjukkan kepada dunia kita tidak cengeng, atau malah untuk menutupi kerentanan pemerintahan Jokowi-JK dari aksi bom bunuh diri.

Kebetulan, kemarin Sore (14/1), diberitakan rupiah melemah. Salah satu pemberitaan mengacu data Bloomberg, yang ditutup sebesar Rp 13.899 per dolar AS atau melemah 64,0 poin (0,46 persen) dari penutupan sebelumnya. Intinya, pelemahan rupiah ini disangkutpautkan dengan aksi bom di Jakarta. Dalam beberapa hal, dan kondisi tertentu, bisa saja ini dikait-kaitkan. Tapi untuk kasus Sarinah tidak mudah diambil kesimpulan gegabah seperti itu.

Secara umum variabel-variabel ekonomi yang dianggap berpengaruh terhadap perubahan kurs adalah: inflasi, tingkat bunga, neraca pembayaran, pendapatan nasional atau Gross Domestic Product dan tingkat pengangguran. Adapun keamanan dapat dijadikan salah satu factor saja dalam mempengaruhi fundamental ekonomi, tapi tidak mungkin berdiri sendiri dan berpengaruh sangat dominan.(sumber

Urusan melemah atau menguatnya rupiah dipengaruhi permintaan dan penawaran. Sedangkan , teorinya adanya penawaran mata uang asing dipengaruhi oleh ekspor barang dan jasa dari dalam ke luar negeri. Selain itu penawaran juga dipengaruhi oleh impor modal dan transfer mata uang asing dari luar ke dalam negeri. Sedangkan permintaan mata uang asing dipengaruhi oleh adanya impor barang dan jasa, serta ekspor modal dan transfer mata uang asing dari dalam ke luar negeri.

Dengan demikian, kurs sebenarnya digunakan untuk menunjukkan secara langsung apa yang dipikirkan oleh pelaku pasar terhadap kesehatan ekonomi suatu negara. Secara umum dapat dikatakan bahwa kurs mencerminkan perbandingan kondisi kesehatan ekonomi suatu negara dengan negara lain.(sumber)

Kondisi Fundamental Ekonomi
Mengenai situasi fundamental ekonomi Indonesia, karena saat ini berada pada awal tahun, baiknya kita merujuk keadaan di tahun 2015 untuk dijadikan rujukan. Pada tahun 2015, Neraca perdagangan mengalami surplus US$ 4,35 miliar sepanjang Januari-Juni 2015. Sedangkan neraca pembayaran surplus US$ 1,3 miliar pada kuartal I-2015, dengan defisit neraca berjalan yang terus alami mengecil.

Dalam faktor lain, inflasi masih berada pada angka ideal, yaitu 1-4%. berdasarkan pernyataan Menkeu, diperkirakan laju inflasi sepanjang tahun 2015 sebesar 4,21%. Khusus bulan Juli, inflasi bulanan sekitar 0,8-1,13%. (sumber)

Demikian pula dengan arus investasi, baik penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri yang tercatat terus meningkat. Investasi PMA pada kuartal II-2015 mencapai Rp 92,2 triliun, naik dari posisi kuartal I-2015 sebesar Rp 82,1 triliun. Sedangkan investasi PMDN di kuartal II-2015 realisasinya Rp 42,9 triliun naik dari kuartal I Rp 42,5 triliun. (sumber)

Melihat dari sebagian kecil faktor-faktor fundamental tersebut, dapat dijamin, bahwa perekonomian Indonesia tidak mungkin secara global mengalami keguncangan karena Bom di Jakarta kemarin (14/1). Himbauan larangan menulis hashtag argumentasinya sangat tidak berdasar kuat. Dengan demikian, bagi saya pribadi, “relawan” yang menyebar himbauan tersebut hanya menunjukkan keberpihakannya terhadap pemerintah belaka. Hal demikian tidak buruk, memang pada dasarnya orang mesti mencintai pemerintahan negaranya, asal tidak kebablasan. Tapi untuk alasan himbauan untuk tidak menulis hashtag #PrayForIndonesia, dan bla.. bla... bla. Tidak dapat dikatakan tepat. 

Terlebih,  Bank Indonesia (BI) memperkirakan dampak pengeboman di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat terhadap gejolak pasar keuangan hanya bersifat temporer. Dampaknya akan temporer karena memang kondisi fundamental Indonesia saat sini cukup baik. Ini juga karena pengelolaan fiscal yang solid, diyakini membuat kepercayaan investor tetap tinggi dan terjaga baik. Nah itu pun kalau kita membicarakan negara cuma bicara Investor.

Walaupun “konser”bom di Jakarta, tidak memberikan pengaruh penting pada perekonomian Indonesia, yang pasti kegiatan terror tidaklah dapat dibenarkan, terutama terkait kemanusiaan. Tentu saja keamanan penting bagi perekonomian. Mengingat uang mengalir dari Negara yang tidak aman menuju ke Negara yang aman. Setelah Negara yang aman menjadi tidak aman lagi, dia berpindah ke Negara yang lebih aman lagi. Tapi keamanan yang dimaksud tidaklah hanya soal keamanan dalam artian hankam. Tapi juga, keamanan dalam istilah para pedagang.


*Penulis Adalah Ketua DPC GMNI Denpasar Periode 2015-2017



Situasi Ekonomi Pasca Bom : Logika Larangan Hashtag #PrayForIndonesia
Item Reviewed: Situasi Ekonomi Pasca Bom : Logika Larangan Hashtag #PrayForIndonesia 9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
Emoticon? nyengir

Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^

Komentar Terbaru

Just load it!