Pancasila Sebagai Landasan Dalam Menangkal Radikalisme

Oleh : Putu Sindhu Andredita*


MERDEKA!!!

Gerakan terorisme yang berujung pada ledakan bom yang belum berselang beberapa hari yang lalu di kawasan Sarinah Jakarta ternyata masih berbuntut panjang. Senin (18/1) diterima kabar bahwa Kantor Camat Buleleng di Jalan Kartini, Singaraja, Bali mendapatkan surat kaleng berisi teror ancaman bom oleh orang yang tidak dikenal.

Adanya ancaman teror yang terang-terangan dilakukan ini menegaskan bahwa tidak ada sudut satu pun tempat yang luput dari pergerakan terorisme, dan bahkan sekarang terorisme sudah menunjukan keberadaan mereka di Bali. Hal ini jelas harus menjadi perhatian serius pihak keamanan dan pemerintah agar menghimbau masyarakat di Bali waspada terhadap aktifitas terorisme.

Bisa saja terorisme yang selama ini diklaim sudah berhasil diberangus dari Bali oleh pihak keamanan dan kepolisian membuat kita lengah dan kurang mawas terhadap aktifitas teroris, yang mana mengisyaratkan bahwa Bali tidak 100 % steril dari teror. Berangkat dari kejadian yang terjadi di Singaraja, masyarakat Bali pun harus teringat lagi betapa kejinya gerakan teror yang dulu pernah terjadi di Bali pada tahun 2000 silam.

Bali dalam kurun waktu yang cukup lama melakukan upaya perbaikan kembali citra dan image bahwa Bali adalah pulau yang Bersih, Aman, Lestari, Indah khususnya kata “Aman” tersebut. Butuh waktu yang tidak sedikit untuk mengembalikan lagi optimisme masyarakat Bali yang habis luka sebagai akibat dari tragedi Bom (bom bali I dan II), Butuh waktu yang tidak singkat mengikis efek traumatis masyarakat Bali untuk bangkit kembali dari keterpurukan. Terlebih fondasi ekonomi Bali adalah di bidang pariwisata, yang membutuhkan proteksi dari segala ancaman bagi keamanan.

Gerakan terorisme merupakan langkah oknum tertentu yang ingin menebar rasa takut di kalangan masyarakat luas. Teror menyisakan keresahan, ancaman, dan perasaan tidak aman bagi masyarat. Bali yang masyarakatnya sangat menjunjung keharmonisan dan kebudayaan yang ajeg nampak sebagai target oknum teroris untuk menyebar rasa takut dengan mengusung tema ideologi salah satu agama. 

Dalam hal mengantisipasi gerakan terorisme di Bali perlu adanya perhatian serius dari segala lapisan masyarakat, khusunya di masing-masing wilayah Desa hingga Banjar. Pemerintah dengan aparat keamanan harus bersikap siaga tanpa mengenal waktu dalam menghadapi teror yang juga tidak mengenal waktu. 

Begitu halnya juga organisasi masyarakat yang ada agar waspada terhadap ancaman teror yang masih berpotensi akan muncul. Bali pasca adanya surat kaleng yang bernada ancaman itu, harus semakin jernih dalam melihat apa sesungguhnya yang mengancam keberlangsungan hidup masyarakat Bali. Bali yang selama ini kuat dengan adatnya harus diuji melalui kejadian ini. Postifnya, teror tersebut tampaknya mengkritik konstruksi adat di Bali, apakah mampu menunjukan fungsinya sebagai tatanan norma yang membawa selamatnya manusia Bali dari segala bentuk ancaman dari luar.

Demikian halnya juga esensi kita sebagai warga negara, apakah dengan kejadian ini kita mampu bersatu sebagai sebuah bangsa. Persatuan bukanlah hal yang mengawang awang ditengah kondisi bangsa yang sedang gonjang ganjing. Bahkan mungkin tepat hari-hari ini jika kita setuju bahwa persatuan adalah senjata keamanan utama dari bangsa Indonesia. 

Pancasila Sebagai Ideologi Pemersatu
Melihat apa yang terjadi lewat kejadian di Jakarta dan Singaraja, pertanyaan yang terlontar adalah mampukah aksi teror ini menempeleng kita semua? Khususnya mengenai kesadaran kita sebagai sebuah bangsa. Hakikat sebagai bangsa yang utuh dan mengakui Pancasila sebagai ideologi pemersatu kita semua. 

Dalam tingkatan yang lebih luas keberlangsungan kita sebagai suatu bangsa harus diuji dari dalam dan luar. Dari dalam, mampukah kita sinergis dengan segala lapisan masyarakat termasuk pemerintah dan masyarakat, aparat keamanan. Sinergis menumbuhkan sikap gotong royong mempertahankan keutuhan bangsa dari paham-paham yang menyimpang dari pedoman dasar Proklamasi 17 Agustus 1945.

Dengan meletakan Pancasila sebagai parameter kehidupan berbangsa dan bernegara, kita mampu melihat sejauh mana Pancasila telah mengakar dalam setiap aspek kehidupan bangsa. Aksi terorisme yang ingin meruntuhkan persatuan negara Indonesia dapat diantisipasi apabila kita kembali menemukan jati diri bangsa dalam Pancasila. Dan jauh di dalam Pancasila tersebut, sebenarnya terkandung praksis yang sudah dikenal sebagai kepribadian bangsa Indonesia, yaitu sikap kegotong royongan dan kekeluargaan.

ISIS (Islamic State of Syria) sebagai organisasi yang menyebarkan paham salah satu agama yang radikal, jangan sampai menggeser ideologi Pancasila. Apalagi bagi kita yang telah paham bahwa Pancasila merupakan konsensus para pendiri bangsa. Pancasila dalam historisnya menggambarkan bagaimana perbedaan berhasil menunjukkan kesatuan dan melewati dinamikanya yang panjang. Jangan sampai dasar kebajikan yang sudah diwariskan oleh pendiri bangsa hancur dengan dibiarkannya gerakan radikalisme agama merajalela di Indonesia. Apabila pancasila dijiwai maka rasanya akan sulit paham-paham radikal masuk, apalagi menyebar menjadi mata rantai di Bumi Indonesia.

Persatuan sebagaimana yang telah termaktub dalam sila ketiga mengajarkan pada kita semua bahwa betapa penting dan kuatnya kita dalam bingkai persatuan. Dalam hal kesatuan, Bung Karno pernah berkata “kuat karena berstu, bersatu karena kuat”, maknanya begitu mendalam, bahwa dasar kekuatan sebuah bangsa terletak pada semangat persatuannya.    

Pancasila yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, akan mampu tetap ada jika manusia Indonesia tidak tawar-menawar terkait sikap terhadap segala aktifitas teror yang ada di depan mata. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi aksi teror lanjutan sebagai buntut dari apa yang telah terjadi di Singaraja. Maka dari itu, perlu keteguhan kita semua untuk mengukukuhkan Pancasila sebagai landasan hidup pribadi dan sosial.

Apabila hal ini tidak dilakukan maka niscaya Pancasila akan digempur berbagai ideologi radikalisme dengan muatan agama, suku, etnis dan sebagainya. Jika itu terjadi, perpecahan tidak lagi dapat dihindari. Sekali lagi melalui peristiwa ancaman teror bom yang dilakukan oleh manusia-manusia keblinger ini, kita tidak mudah dihasut, digiring apalagi di pecah-belah menjadi unit pribadi yang lupa akar budaya dan semangat persatuan kita. 

Tjamkan Pancasila!!!!  


      
*Penulis adalah Wakil Ketua Bidang kaderisasi dan Pembentukan Cabang Baru DPC GMNI Denpasar
Pancasila Sebagai Landasan Dalam Menangkal Radikalisme
Item Reviewed: Pancasila Sebagai Landasan Dalam Menangkal Radikalisme 9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.

Tuhan pasti menyediakan jalan bagi hambanya memiliki keyakinan kuat usaha tanpa kenal putus asa,Keberhasilan/Kegagalan buah karya dari keyakinan, Kita bisa merubah banyak hal dengan keyakinan, Tumbuhkan keyakinan yang positip dengan pikiran yang Rasional dan pengalaman masa lalu.
Keluarga adalah kekayaan dalam kehidupan.
"" Life is beautiful ""
SUKSES SELALU.

Emoticon? nyengir

Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^

Komentar Terbaru

Just load it!